Minggu, 02 Oktober 2016

kaukagumi waktu SMP dulu

Itu jauh lebih cantik dari Bu Tyas yang kaukagumi waktu SMP dulu. Bahkan aku berani bertaruh, dia berani bertanding dengan Kate Winslet." Ada sedikit dalam hati Ayyas mengakui gadis Rusia yang ia lihat sekilas itu memang jelita. Tapi gadis Rusia yang ia temui di pesawat, yang dudifk tepat di sampingnya jauh lebih memesona. Ia belum pernah melihat perempuan secantik itu. Ia bagai bidadari turun dari surga. Sayang ia samasekali tidak tahu siapa gadis itu. Sepatah kata pun ia tidak berani menyapa gadis itu. Dan gadis itu, dalam keanggunan dan pesonanya begitu tenang asyik bekerja menulis dengan laptopnya yang tipis selama di pesawat, tawaran makan dari pramugari pun ia tolak. Hanya sesekali gadis itu minta minum. Inna lillah,


Ayyas mengucap dalam hati, ia merasa belum sampai ke Moskwa pun ia sudah 35/994 terjerat oleh fitnah kecantikan nonik muda Rusia. Ayyas tiba-tiba begitu merasa berdosa pada AinaJ Muna, gadis manis dari Kaliwungu Kendal yang sudah dipinangnya dan ia telah berjanji untuk setia padanya. "Hei kok diam saja Yas. Iyakan, berani bertanding dengan Kate Winslet!" "Sudahlah Dev. Ngomong yang lain saja, nggak usah ngomong perempuan melulu!" Tegas Ayyas seraya mengusir perasaan yang tidak-tidak dalam benaknya. "Lha mulai. Gaya memerintah dan mendikte khas Arab mulai keluar!" Sindir Devid. "Masih jauh Dev? Kakiku sepertinya sudah beku." Ayyas mengalihkan pembicaraan. Ia merasa tidak ada faidahnya meladeni sindiran teman lamanya yang bernada mengolok-olok itu. "Kalau beku ya diamputasi Yas." "Aku serius ini Dev!" "Cuma bercanda.

Tapi benar lho Yas, jangan sampai ada anggota tubuh kamu yang benar-benar beku. Kalau beku bisa diamputasi. Tahun lalu 36/994 ada orang Filipina, teman aku, di puncak musim dingin dia tidak pakai penutup kepala yang lengkap. Daun telinganya biru beku. Ya daun telinga itu jadi kayak es yang beku dan ia terpaksa kehilangan daun telinganya." "Aduh gimana nih, aku benar-benar kedinginan." "Tenang, lima menit lagi sampai." Sopir berhidung bengkok ke kiri itu kelihatannya sepintas memerhatikan tangan Devid yang menunjuk gadis Rusia. Ia langsung berkata kepada Devid dan Ayyas dalam bahasa Rusia, "Kalian mau gadis Rusia? Aku bisa mencarikan yang lebih cantik dari gadis yang kautunjuk itu. Sungguh!" 37/994 "Tidak terima kasih. Saya bisa cari sendiri!" Jawab Devid juga dalam bahasa Rusia. Ayyas hanya diam. Ia hanya mengerti sebagian saja dari isi pembicaraan itu. Harga Triflex Capsule Yang jelas ia tahu, sopir tua itu menawarkan gadis cantik untuk mereka berdua. Seketika ia merasa, ujian yang akan dihadapinya di Moskwa tidaklah ringan. Selama ini ia bisa lurus-lurus saja karena berada di lingkungan yang lurus. Sekarang, di tengah lingkungan yang sangat jauh dari keyakinan dan norma yang dijunjungnya ia merasa akan menemukan ujian iman yang sesungguhnya. Satu-satunya orang yang ia kenal dengan baik di Moskwa adalah Devid. Teman SMP dulu. Dan Devid pun ia rasakan sudah tidak lagi sebagai Devid layaknya orang Jawa yang penuh menjaga etika ketimuran. Devid sudah tidak lagi melihat aturan agama dalam pergaulannya dengan lawan jenis. Ia merasa, Devid susah untuk diandalkan sebagai teman yang akan mampu menjaga iman dan kebersihan jiwanya. Ia hanya berharap, Allah akan memberikan belas kasih padany

a, sehingga 39/994 ia selamat selama hidup di negeri komunis yang mulai kapitalis ini. "Kau tahu Yas, sopir tua ini menawari kita cewek Rusia?" Kata Devid pada Ayyas. "Ya aku tahu." "Kau mau?" "Gila kau Dev! Itu zina! Haram!" "He he he! Baguslah kau masih kukuh memegang keyakinanmu. Aku ingin tahu seberapa kukuh imanmu di sini. Kalau aku, sorry saja, aku sudah tidak mau dibelenggu aturan agama apa pun. He he he." Ejek Devid sambil terus terkekeh-kekeh. "Ya, kau akan dibelenggu oleh nafsumu sendiri! Dalam sejarahnya, orang yang dibelenggu nafsunya tidak Obat luka diabetes ada yang bahagia!" "Ah jangan mengkhotbah, Yas!" "Kalau aku yang ngomong dianggap mengkhotbah, kalau kau yang ngomong tidak mengkhotbah. Ah, ini namanya diskriminasi dan intimidasi. Aku merdeka dong menyampaikan pendapatku." 40/994 "Okay, okay, Pak Ustadz Muhammad Ayyas," sahut Devid setengah mengejek setengah bergurau. Ayyas diam saja tidak menanggapinya. Tiba-tiba sopir Rusia itu menghentikan mobilnya. "Kita sudah sampai! Ini kan apartemennya? Ini tepat di depan The White House Residence." Tanya sopir berhidung bengkok ke kiri itu. Devid melihat ke sekeliling sebentar. Ia melihat ke kiri dan kanannya. "Ya, benar. Di sini tempatnya." "Kalau begitu, cepat bayar dan cepat turun!" Hardik sopir itu. Ayyas langsung tahu diri. Ia mengeluarkan uang seratus dolar dari dompetnya. Ia berikan kepada Devid untuk membayarkannya. "Jangan seratus dolar Yas. Kau punya uang pas?" Gumam Devid. "Waduh uang pas tidak ada Dev.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar